KKN IAIN Purwokerto Berdayakan Petani dengan Metode HAZTON

Sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat, mahasiswa KKN IAIN Purwokerto khususnya kelompok VIII yang bertempat di desa Kedungpring Kemranjen Banyumas membentuk Posdaya berbasis masjid (Pos Pemberdayaan Keluarga) Al-Ikhlas. Upaya ini mendapatkan sambutan hangat dari warga desa kedungpring karena dirasa program ini dibutuhkan oleh masyarakat berupa pemberdayaan di empat sektor, yakni pendidikan dan keagamaan, ekonomi dan kewirausahaan, kesehatan, dan lingkungan.
SEMAI HAZTON KEMRANJEN - KKN IAIN PURWOKERTOMelihat backround masyarakat desa kedungpring ini mayoritas adalah petani, maka melaui kerjasama dengan Bank Indonesia Purwokerto diadakan program pemberdayaan wirausaha tani dengan metode Hazton. Selain karena faktor hasil panen dengan Hazton yang dirasa memuaskan, yakni bisa mencapai 10 Ton/Ha juga biaya pengolahan lahan selama musim tanam yang bisa ditekan (rendah), hal ini akan menjadikan petani mandiri dan cerdas, dan tidak selalu menggantungkan bantuan dari pemerintah.
“Masyarakat disini itu masih rendah ekonominya mas, pekerjaan sebagai petani itu merupakan pekerjaan yang biasa kita kerjakan. Hasil panen banyak ya Alhamdulillah, kalau sedikit/rugi mau bagimana lagi toh ini pekerjaan kami”, kata H. Kasirudin, ketua Posdaya Al-Ikhlas.
Setelah dihitung bersama dengan beberapa petani, hasil GKG hanya mencapai 5-6 Ton /Ha atau jika dikalkulasikan dengan harga GKP 4000 maka perolehannya hanya 24 juta /panen. Sementara biaya pengolahan lahan mulai dari biaya input (benih, pupuk SP-36, Phonska, Urea, Insektisida) senilai 6.240.000. Sedangkan biaya tenaga kerja (sewa lahan, persiapan lahan+galang, persemaian, pindah tanam, penyulaman, penyiangan gulma/matun, pemupukan, penyemprotan hingga panen) adalah 16.340.000. jadi biaya total /Ha adalah 22.580.000.
Analisisnya adalah perolehan dikurangi biaya-biaya (24.000.000 – 22.580.000 = 1.420.000) itupun harus dibagi 4 karena untuk mencapai panen adalah 4 bulan, jadi petani yang memiliki lahan 1 Ha memperoleh 355.000 netto. Hal yang mengejutkan inilah yang melandasi pentingnya pemberdayaan dan mencerdaskan petani, dan Hazton merupakan solusi yang tepat guna menjawab permasalahan pertanian di Indonesia.
Kordinator KKN Kelompok VIII bidang ekonomi Ibnu Kharis mengatakan: “Kita mengucapkan terimakasih banyak kepada Bpk. Djoko Juniwarto BI Purwokerto yang mendampingi kami dan petani Hazton Kedungpring agar pertanian disini maju”, tegasnya.
Untuk membuktikan kepada para petani didaerah tersebut, dilaksanakanlah Uji Coba sistem tanam padi dengan metode Hazton di areal persawahan Bpk. Bastudin seluas 2800 M2 didampingi oleh Bank Indonesia Purwokerto dibantu oleh Posdaya Al-ikhlas, mahasiswa KKN IAIN Purwokerto kelompok VIII Kedungpring Kemranjen. Harapannya semoga bisa bermanfaat bagi para petani.

Tinggalkan komentar